Kamis, 08 Maret 2012

Demi Masa (3): BERIMAN (IKrar Keimanan) || waiman cakrabuana

Demi Masa (3): BERIMAN 

(Ikrar Keimanan)

Semua manusia jika tidak memperhatikan “العصر” (waktu, akhir waktu dan zaman/era) pasti akan menderita. Mendapat kerugiaan tiada tara. Sebaliknya, jika ia mau memperhatikan “العصر” ia pasti akan terhindar dari kerugian. Mengapa?

Sebab setelah ia memperhatikan “العصر”, ia akan mengisi waktu sekarang dan merencanakan waktu yang akan datang dengan: Keimanan, Amal Shaleh, Dakwah dan Bersabar dalam melaksanakan Al Islam. Dan jika waktu lalu-nya tidak diisi dengan keempat hal tadi maka ia akan bertaubat, memohon ampun kepada Allah SWT sambil terus mengevaluasi diri.

Manusia yang terus menerus memperhatikan “العصر”, akan berhati hati dalam melangkah, waspada akan segala sesuatu yang akan melalaikan dirinya, ia berharap di akhir waktu hidupnya ditutup dengan kebaikan husnul Khatimah.

Manusia yang terus menerus memperhatikan “العصر” juga akan berdiri tepat di zaman-nya karena ia sadar setiap masa / era ada tuntutan yang berbeda. Bertindak dan bergerak sesuai zaman-nya.

Berdasar QS Al-Ashr, hanya 4 hal yang dapat menangkal kerugian dan sekaligus mendatangkan keberuntungan bagi manusia dengan berjalannya waktu ini:
1.      Beriman
2.     Beramal Shaleh
3.     Berdakwah, dan
4.     Bersabar dalam beramal



BERIMAN

Beriman artinya adalah percaya, yakin dan membenarkan Rukun Iman yang enam:
1.      Iman kepada Allah;
2.     Iman Kepada Malaikat;
3.     Iman Kepada Kitab Allah
4.     Iman Kepada Rasul Allah
5.     Iman Kepada Hari Akhir
6.    Iman kepada Taqdir.

Allah berfirman (QS An-Nisa (4) ayat 136):

Artinya: “ Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”

Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah ditanya Jibril tentang Iman, maka Rasulullah menjawab:
أن تؤمن بالله، وملائكته، وكتبه، ورسله، واليوم الآخر، وتؤمن بالقدر خيره وشره

Artinya: “(Iman itu adalah): kamu beriman kepada : Allah, Malaikat Allah, Kitab Kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, Hari akhir dan kepada Qadar yang baik dan yang buruk dari Allah.

Tentusaja, keimanan ini bukan hanya percaya (Tashdiq bilqalbi) tetapi harus diikrarkan dengan lisan (Iqraar bil Lisan) dan dibuktikan dengan amal shaleh (amal bil Arkaan).


IKRAR KEIMANAN


QS Al-Baqarah (2) ayat 136

 قولوا آمنا بالله وما أنزل إلينا وما أنزل إلى إبراهيم وإسماعيل وإسحاق ويعقوب والأسباط وما أوتي موسى وعيسى وما أوتي النبيون من ربهم لا نفرق بين أحد منهم ونحن له مسلمون

Artinya: Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".

Ayat ini mengandung perintah agar apa yang keyakinan kepada Allah SWT dan kepada Apa yang diturunkan-Nya yaitu Kitab Kitab Allah harus di Ikrarkan dengan kalimah Syahadat tanda ia Beriman.

Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai ia berkata Laa Ilaaha Illallah, jika ia sudah berikrar maka haram baginya dariku; darahnya dan  hartanya kecuali dengan jalan yang haq, dan perhitungannya adalah disisi Allah Azza Wa Jalla” (HSR Muslim)

Dalam Hadits Shahih Riwayat Bukhori dan Muslim:
Artinya: Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang mati dan dia telah ber (ikrar) Syahadat Laa Ilaaha illallallah dan Muhammad Rasulullah disertai pembenaran (keyakinan) dalam hatinya, niscaya ia akan masuk surga”

Keterangan keterangan dari Allah dan Rasul-Nya diatas membimbing kita bahwa keyakinan kita kepada Rukun Iman harus diikrarkan oleh lisan dalam dua kalimah syahadat. Dan Ikrar dua kalimah Syahadat adalah juga merupakan perjanjian diri kepada Allah di alam dunia ini untuk taat kepada syariat Islam yang dibawa oleh Rasul.

Ikrar janji manusia di alam dunia ini sebagai penyempurna ikrarnya dahulu (QS 7 / 172) adalah juga merupakan pilihan sadar untuk taslim (berserah diri) kepada Allah melalui ketaatan kepada Rasul-Nya. Firman Allah SWT:
  
Artinya: “Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya, yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: "Kami dengar dan Kami taati". dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah mengetahui isi hati(mu).” (QS Al-Maaidah (5) ayat 7)

Ibnu Katsir berkata[1]:


“Allah Ta'ala mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman ihwal nikmat-Nya yang telah diberikan kepada mereka yang terdapat dalam pen-syariatan agama yang mulia, pengutusan seorang rasul yang mulia kepada mereka, dan pengambilan janji serta ikatan dari mereka berupa Janji untuk mengikuti, membantu, menerima, dan menyampaikan agama-Nya. Maka Allah Ta'ala berfirman, "Dan ingatlah nikmat Allah atas kamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu tatkala kamu mengatakan, 'Kami mendengar dan kami taat.'" Ayat ini merupakan Ikrar Janji yang pernah mereka ucapkan di hadapan Rasulullah saw. tatkala mereka masuk Islam. Mereka mengatakan, "Kami berjanji setia kepada Rasulullah saw. untuk menyimak dan menaatinya, baik pada saat kami bergairah maupun malas; berjanji untuk memprioritaskan dia atas kami dan untuk tidak membantah perintahnya[2]."

Ibnu katsir melanjutkan bahasannya, bahwa Ayat ini senada dengan QS 57/8:
Artinya: “Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah Padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. dan Sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman.”

Adapun Ikrar janji tersebut memiliki 3 point penting, sebagaimana yang di abadikan oleh Allah didalam QS 60 /12 berkenaan dengan masuk islamnya 12 orang dari suku yatsrib pada peristiwa Aqobah satu:

Artinya: “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk Mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat Dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka, dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, Maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Point pertama adalah Ikrar janji untuk “Tidak Musyrik” dalam arti janji untuk BERTAUHID (Beriman).

Point kedua adalah Ikrar janji untuk “BERSYARI’AT”; Tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak anaknya, tidak akan berdusta dll.

Point ketiga adalah ikrar janji untuk “TAAT / LOYAL” kepada kepemimpinan Rasul “Tidak akan mendurhakai Rasul dalam urusan yang baik”

Ketiga point tersebut terangkum dalam dua kalimah Syahadat sebagai Ikrar seorang menjadi Muslim.

Ikrar Janji inilah yang mendahuli seorang muslim sebelum ia menjalankan syari’at Islam, sebagaimana dalam hadits Muadz Bin Jabal:

بَعَثَنِى رَسُوْلُ اللهِ  قَالَ إِنَّكَ تَأْتِى قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَادْعُهُم إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنِّى رَسُوْلُ اللهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ فِى فُقَرَائِهِم فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ }أخرجه أحمد والبخاري ومسلم وابن ماجه والترمذي والنسائي وأبو داود والدارمي{

Artinya: Muadz Bin Jabbal berkata: Ketika Rosûlullôh SAW mengutusku, beliau bersabda : Engkau akan mendapati golongan Ahli Kitab, da’wahilah mereka kepada syahâdat bahwa lâ ilaha illallôh dan bahwa aku Rosûlullôh. Setelah mereka me-nerimanya, lalu beritahukanlah kepada mereka bahwa Allôh mewajib-kan mereka agar mendirikan solat lima waktu sehari semalam. Setelah mereka menerimanya, lalu beritahukanlah kepada mereka bahwa Al-lôh mewajibkan mereka agar mengeluarkan zakat. Setelah mereka me-nerimanya, beritahulah mereka supaya berhati-hati terhadap harta mereka, dan takutlah terhadap doa orang yang teraniaya karena antara doa mereka dengan Allôh tidak ada hijab. (Dikeluarkan oleh Bukhôriy, Muslim, Ahmad, Ibn Mâjjaĥ, At-Turmudziy, An-Nasâ-iy, Abû Dâwud dan Ad-Darimiy).



[1] Tafsir Al-Qur’anul Adzhiem, Ibnu Katsir (QS Al-Maidah ayat 7)
[2] Hadits ini terdapat didalam Kitab Bukhori no 7056 dan no 7057, Dan dalam Kitab Muslim dalam bab Imaroh (Kepemimpinan).
»»  SELENGKAPNYA...

Minggu, 04 Maret 2012

Al-Iman (Bahasa & Istilah) || waiman cakrabuana


Al-IMAN
(Bahasa & Istilah Syara’)


IMAN MENURUT BAHASA

Iman (الايمان)  adalah bahasa Arab secara bahsa artinya adalah percaya atau membenarkan dengan hati.

Ibnu Mandzur berkata[1]: Al-Iman itu adalah Isim Mashdar dari Aamana – Yu’minu – Iimanan Fahuwa Mu’minun. Para ahli Ilmu , ahli bahasa dan yang lainya telah bersepakat bahwa Sesungguhnya Iman itu adalah Tashdiq (membenarkan).

Seperti didalam QS 12/17

 قالوا يا أبانا إنا ذهبنا نستبق وتركنا يوسف عند متاعنا فأكله الذئب وما أنت بمؤمن لنا ولو كنا صادقين

Artinya:  mereka berkata: "Wahai ayah Kami, Sesungguhnya Kami pergi berlomba-lomba dan Kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang Kami, lalu Dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada Kami, Sekalipun Kami adalah orang-orang yang benar."

Lafadz “ بمؤمن ” dalam QS 12 ayat 17 bermakna “ بمصدق لنا  artinya Percaya atau membenarkan  kami.

DR Isa Bin Abdullah As-Sa’di berkata[2]:

“Al Imaan itu Isim Mashdar yang disusun dari 3 huruf ; Alif, Miem dan Nun, yang memiliki beberapa arti (bahasa):

1.   الامان  (Al Amaan) artinya Tentramnya hati / tidak adanya rasa takut
2.   الامانة  (Al Amaanah) artinya Lurus / tidak khianat
3.   الثقة” (Ats Tsiqoh) artinya percaya
4.  التصديق” (At Tashdiq) artinya membenarkan



IMAN MENURUT ISTILAH

Al Jurzani[3] mendefinisikan Iman sebagai berikut:

الايمان في اللغة التصديق با القلب و في الشرعي الاعتقاد با القلب و الاقرار با اللسان قيل من شهد و عمل ولم يعتقد فهو هنافق ومن شهد ولم يعمل واعتقد فهو فاسقا ومن اخل با الشهادة فهو كافر

Artinya:“ Iman menurut bahasa “Tashdiq” (membenarkan) dengan hati, sedangkan menurut istilah Syar’ie adalah I’tiqad (keyakinan) didalam hati dan Ikrar dengan Lisan.  Dikatakan:

1- Seorang yang bersyahadat (ikrar lisan) dan beramal (shaleh) tetapi tidak berkeyakinan (dalam hati) maka ia adalah MUNAFIQ
2- Seseorang yang bersyahadat (ikrar lisan) tetapi tidak beramal padahal ia beri’tikad (keyakinan dalam hati) maka ia adalah Fasiq
3- Seseorang yang tidak bersyahadat maka ia adalah Kafir.

Al-Jurzani mempersyaratkan keimanan pada dua hal; satu Keyakinan yang kuat dan adanya Ikrar Syahadat, sementara amal shaleh adalah penyempurna keimanan.

Menurut Al-Baihaqi[4]: Iman kepada Allah Azza Wa Jalla adalah Keyakinan yang kuat dan pengakuan akan eksistensi Allah SWT, dan iman kepadaNya juga adalah Qabul (menerima apa apa yang datang dari-Nya) dan mentaatiNya... Adapun Iman kepada Nabi SAW adalah keyakinan yang kuat dan pengakuan kenubuwwahannya dan Iman kepada Nabi juga mengikutinya, mencocoki sunnahnya dan taat kepadanya”

Kesimpulannya:

Iman (sempurna) menurut Istilah Syara’ adalah: 
(تصديق بالجنان، وقول باللسان، وعمل بالأركان
“Membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkannya dengan anggota badan”

Definisi Iman yang lengkap ini telah disepakati oleh ahli ilmu secara masyhur.



DALIL-DALIL YANG MENDUKUNG

Dalil dalil yang mendukung pengertian Iman yang meliputi 3 hal:
1.   Adanya keyakinan dalam hati
2.   Adanya Iqrar Syahadat
3.   Adanya Amal shaleh

QS Al-Hujurat (49) ayat 14

قالت الأعراب آمنا قل لم تؤمنوا ولكن قولوا أسلمنا 
ولما يدخل الإيمان في قلوبكم وإن تطيعوا الله ورسوله لا يلتكم من أعمالكم شيئا إن الله غفور رحيم

Artinya: orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Ayat ini menegaskan bahwa walaupun lisannya sudah ikrar sayahadah sebagai pengumuman keimanannya tetapi belum disebut beriman jika didalam hatinya belum ada keyakinan.

QS Al-Baqarah (2) ayat 8

 ومن الناس من يقول آمنا بالله وباليوم الآخر وما هم بمؤمنين
Artinya: di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.

Ayat ini menjelaskan bahwa barangsiapa yang dalam ucapannya dia mengikrarkan syahadatain tetapi dihatinya tidak ada keyakinan maka ia adalah tidak beriman alias munafiq.

QS Al-Baqarah (2) ayat 136

 قولوا آمنا بالله وما أنزل إلينا وما أنزل إلى إبراهيم وإسماعيل وإسحاق ويعقوب والأسباط وما أوتي موسى وعيسى وما أوتي النبيون من ربهم لا نفرق بين أحد منهم ونحن له مسلمون

Artinya: Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".

Ayat ini mengandung perintah agar apa yang keyakinan kepada Allah SWT dan kepada Apa yang diturunkan-Nya yaitu Kitab Kitab Allah harus di Ikrarkan dengan kalimah Syahadat tanda ia Beriman.

Rasulullah SAW bersabda:


Artinya: “Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai ia berkata Laa Ilaaha Illallah, jika ia sudah berikrar maka haram baginya dariku; darahnya dan  hartanya kecuali dengan jalan yang haq, dan perhitungannya adalah disisi Allah Azza Wa Jalla” (HSR Muslim)

Dalam Hadits Shahih Riwayat Bukhori dan Muslim:


Artinya: Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang mati dan dia telah ber (ikrar) Syahadat Laa Ilaaha illallallah dan Muhammad Rasulullah disertai pembenaran (keyakinan) dalam hatinya, niscaya ia akan masuk surga”

QS Al-Anfal (8) ayat 2-4:

 يا أيها الذين آمنوا استجيبوا لله وللرسول إذا دعاكم لما يحييكم
 واعلموا أن الله يحول بين المرء وقلبه وأنه إليه تحشرون

Artinya:
2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
3. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.
4. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.

Ayat ini mensifati orang beriman bukan hanya Ikrar dan tashdiq tetapi sampai beramal shaleh, ini artinya amal shaleh adalah bagian daripada kesempurnaan Iman.


QS Al-Hujurat (49) ayat 15

 إنما المؤمنون الذين آمنوا بالله ورسوله ثم لم يرتابوا 
وجاهدوا بأموالهم وأنفسهم في سبيل الله
 أولئك هم الصادقون
   
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.


Ayat ini menegaskan bahwa orang yang beriman tidak akan lepas dari amal shaleh dan puncak amal shaleh adalah Jihad Fi Sabilillah.



[1] Lisanul Arab, hal 141
[2] DR Isa Bin Abdullah As-Sa’diy “MITSAQUL  IMAAN”, Rabithah Alam islamy, tahun 2009, hal. 8
[3] Ali Bin Muhammad Syarif Al-Jurzani. “Kitab At-Ta’rifat “ ,  Maktabah Libanon-Beirut, cetakan terbaru th 1985, hal. 41
[4] Imam Hafidh Abi Bakar Husein Al Baihaqi “Al Jami’ Syu’bul Imaani”, Maktabah Ar-Rusyd – Arab Saudi, tahun 2004, hal 90
»»  SELENGKAPNYA...

Senin, 27 Februari 2012

Demi Masa (2): URGENSI WAKTU || waiman cakrabuana

Ô
URGENSI WAKTU

Allah bersumpah dengan “{العصر}” yang artinya “Waktu”, “Zaman” dan “akhir waktu”. Tentu maksudnya (baca hikmahnya) adalah agar manusia memperhatikan “{العصر}

Ath-Thobari (dalam tafsir QS Al-Ashr)[1] mengemukakan beberapa makna “{العصر}” yaitu:
1.       Ad-Dahru (waktu)
2.       Sa’atun Min Sa’atin Nahaar (bagian dari waktu siang yaitu akhir siang / waktu ashar)

Makna “{العصر}” juga berarti “zaman” seperti yang diungkap oleh Buya Hamka yang mengutip pandangan Muhammad Abduh dalam tafsir Al-Manaar[2]. Seperti ungkapan “ashru al isti’mari Al Inzilijiyyah” artinya “Zaman / era penjajahan Inggris”.

Ketiga makna “{العصر}” tersebut memiliki hikmah yang perlu diperhatikan oleh manusia:




Ô  PERHATIKANLAH WAKTU

Waktu disini adalah waktu yang umum, yaitu :
§  waktu lampau (sudah terjadi),
§  waktu sekarang (sedang terjadi)
§  dan waktu nanti (akan terjadi).

Disini manusia akan mendapat kerugian yang besar, jika tidak memperhatikan dan mengelola waktu waktu dalam hidupnya.

Ada ungkapan yang populer:
bahwa hari ini lebih baik daripada hari kemarin
dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini[3].

Ungkapan ini sangat bermanfaat untuk mengelola waktu dan merencanakan serta mengisi hari hari agar tidak mendapat kerugian.

Rasulullah mengingatkan pentingnya waktu karena kelalaian dalam mengisi waktu waktu didunia ini akan berakibat fatal kelak diakherat.

Rasullullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam bersabda ;

لا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ حَتّى يُسْأَلُ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ
وَ عَنْ عِلْمِهِ فِيْمَا فَعَلَ وَ عَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَ فِيْمَا أَنْفَقَهُ وَ عَنْ جِسْمِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ

 Tidaklah bergeser kedua kaki hamba pada hari kiamat sampai ditanya tentang empat perkara, tentang umurnya untuk apa ia habiskan,tentang ilmunya apa yang ia amalkan,tentang hartanya dari mana ia mendapatkan dan kemana ia belanjakan dan tentang badannya untuk apa ia rusakkan ( habiskan ). “ ( HR. Tirmidzi dari Abu Barzah)

Ø Masa lalu adalah masa yang harus dievaluasi agar kita tidak merugi dimasa depan.

Tidak ada seorang pun yang mampu menghindar dari penghisaban[4] di akhirat kelak. Allah berfirman, ''Sesungguhnya kepada Kamilah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka.'' (QS 88: 25-26).

~ Jika masa lalumu adalah masa yang diisi dengan kesalahan maka:

1- segeralah sadari (akui),  ~al Iqla~ (QS 53/32, 18/104)

2- kemudian sesali kesalahan yang sudah terjadi  ~Nadaamah~

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah RA :

تَوْبَةٌ النَّدَمُ
"Menyesal adalah (inti) taubat."

3- kemudian bertaubatlah  ~Taubat~ (QS 24/31, 39/53)

4- lakukan perbaikan perbaikan ~ Ihsan~ (QS 11/114 )

5- Dan jadikan nasihat agar tidak mengulanginya kembali dimasa depan ~Nashuha~ (QS 3/135)

~ Dan jika masa lalumu diisi dengan kebaikan kebaikan, maka segeralah bersyukur agar terus bersemangat dalam melakukan kebaikan dan barokah / semakin bertambah kebaikannya dimasa kini dan masa datang (QS 14/7)


Ø Masa Sekarang adalah masa yang riil yang mutlak harus diisi dengan kebaikan kebaikan, jangan lalai dan jangan tertipu. Lakukan sekarang juga berbagai kebaikan kebaikan dan hindari sekarang juga kejelekan kejelekan amal.
Ingatlah firman Allah:”Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”  Al-a’raf : 34.

Ø Masa Depan adalah masa yang harus direncanakan agar meraih keberuntungan.
 
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al-Hasyr (59) ayat 18)



Ô PERHATIKAN AKHIR WAKTU

Ashar adalah waktu akhir siang, sebentar lagi datang malam. Perhatikan waktu asharmu memiliki hikmah: agar kita selalu meyakini bahwa hidup kita didunia ini ibarat sudah di penghujungnya, sebentar lagi kita akan beralih ke alam yang lain melaui pintu gerbang kematian.

Orang yang merasa hidupnya didunia ini masih lama akan cenderung mensia-siakan waktunya. Semenatara orang yang merasa bahwa waktunya didunia ini sudah dipenghujungnya pasti akan awas dan waspada, sehingga detik detik kehidupannya akan diisi dengan karya terbaik. Ia berharap jika saat ini ajal menjemput dirinya berada diakhir amal yang baik (husnul Khatimah).
Diriwayatkan  dalam kitab at-Tirmidzi juga dari Nafi', dari Ibnu Umar, ia mengatakan,

كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم إِذَا وَدَّعَ رَجُلاً، أَخَذَ بِيَدِهِ، فَلاَ يَدَعُهَا حَتَّى يَكُوْنَ الرَّجُلُ هُوَ الَّذِيْ يَدَعُ يَدَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم ، وَيَقُوْلُ: أَسْتَوْدِعُ اللهَ دِيْنَكَ وَأَمَانَتَكَ وَآخِرَ عَمَلِكَ.
"Jika Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam berpamitan kepada seseorang, maka beliau memegang tangannya. Dan beliau tidak meninggalkannya hingga orang itulah yang melepas tangan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau mengu-capkan, 'Aku menitipkan pada Allah agamamu, amanatmu, dan akhir amalmu'."


Ô PERHATIKAN ZAMAN

Ashr juga bermakna Zaman, Kurun waktu atau Era. Contoh Zaman Penjajahan Belanda, Zaman Penjajahan Jepang, Orde Baru, Orde lama dan lain lain.

Orang yang tidak memperhatikan dan membaca Zamannya ia tidak akan mampu menyesuaikan diri dengan zamannya, padahal setiap zaman itu melahirkan tuntutan karya yang berbeda sesuai zamannya


Hanya manusia yang benar benar memperhatikan : “Waktu”, “Akhir Waktu” dan “Zamannya” yang berpeluang lolos dari kerugian (Khusrin).
 


[1] Ibnu Jarir At-Thobari, “Jami’ul Bayaan An Ta’wilil Qur’an”, Qoiro tahun 1422 H / 2001 M, Juz 24, hal 612
[2] http://tafsir.cahcepu.com/alashr/al-ashr-1-3/
[3] Ungkapan serupa sering disandarkan kepada Rasulullah SAW atau kepada Sayyidina Ali RA, tetapi riwayat keduanya mengandung kelemahan
[4] Penghisaban adalah penghitungan amal amal yang sudah dikerjakannya dimasa lalu (dunia)
»»  SELENGKAPNYA...