Ô
URGENSI WAKTU
Allah
bersumpah dengan “{العصر}”
yang artinya “Waktu”, “Zaman” dan “akhir waktu”. Tentu maksudnya (baca
hikmahnya) adalah agar manusia memperhatikan “{العصر}”
Ath-Thobari
(dalam tafsir QS Al-Ashr)[1]
mengemukakan beberapa makna “{العصر}” yaitu:
1. Ad-Dahru (waktu)2. Sa’atun Min Sa’atin Nahaar (bagian dari waktu siang yaitu akhir siang / waktu ashar)
Makna
“{العصر}” juga berarti “zaman” seperti
yang diungkap oleh Buya Hamka yang mengutip pandangan Muhammad Abduh dalam
tafsir Al-Manaar[2]. Seperti
ungkapan “ashru al isti’mari Al Inzilijiyyah” artinya “Zaman / era penjajahan
Inggris”.
Ketiga
makna “{العصر}” tersebut memiliki hikmah yang
perlu diperhatikan oleh manusia:
Ô PERHATIKANLAH WAKTU
Waktu
disini adalah waktu yang umum, yaitu :
§ waktu lampau (sudah terjadi),§ waktu sekarang (sedang terjadi)§ dan waktu nanti (akan terjadi).
Disini
manusia akan mendapat kerugian yang besar, jika tidak memperhatikan dan
mengelola waktu waktu dalam hidupnya.
Ada
ungkapan yang populer:
bahwa hari ini
lebih baik daripada hari kemarin
dan hari esok
harus lebih baik daripada hari ini[3].
Ungkapan
ini sangat bermanfaat untuk mengelola waktu dan merencanakan serta mengisi hari
hari agar tidak mendapat kerugian.
Rasulullah
mengingatkan pentingnya waktu karena kelalaian dalam mengisi waktu waktu
didunia ini akan berakibat fatal kelak diakherat.
Rasullullah
Shallallahu `Alaihi Wa Sallam bersabda ;
لا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ حَتّى
يُسْأَلُ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ
وَ عَنْ عِلْمِهِ فِيْمَا فَعَلَ وَ
عَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَ فِيْمَا أَنْفَقَهُ وَ عَنْ جِسْمِهِ
فِيْمَا أَبْلَاهُ
“ Tidaklah
bergeser kedua kaki hamba pada hari kiamat sampai ditanya tentang empat
perkara, tentang umurnya untuk apa ia habiskan,tentang ilmunya apa yang ia
amalkan,tentang hartanya dari mana ia mendapatkan dan kemana ia belanjakan dan
tentang badannya untuk apa ia rusakkan ( habiskan ). “ (
HR. Tirmidzi dari Abu Barzah)
Ø
Masa
lalu
adalah masa yang harus dievaluasi agar kita tidak merugi dimasa depan.
Tidak ada seorang pun yang
mampu menghindar dari penghisaban[4]
di akhirat kelak. Allah berfirman, ''Sesungguhnya
kepada Kamilah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah
menghisab mereka.'' (QS 88: 25-26).
~
Jika masa lalumu adalah masa yang diisi dengan kesalahan maka:
1- segeralah
sadari (akui), ~al Iqla~ (QS 53/32, 18/104)
2- kemudian
sesali kesalahan yang sudah terjadi ~Nadaamah~
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah RA :
تَوْبَةٌ النَّدَمُ
"Menyesal adalah (inti) taubat."
3- kemudian
bertaubatlah ~Taubat~ (QS 24/31, 39/53)
4- lakukan
perbaikan perbaikan ~ Ihsan~ (QS
11/114 )
5- Dan
jadikan nasihat agar tidak mengulanginya kembali dimasa depan ~Nashuha~ (QS 3/135)
~ Dan jika masa
lalumu diisi dengan kebaikan kebaikan, maka segeralah bersyukur agar terus
bersemangat dalam melakukan kebaikan dan barokah / semakin bertambah
kebaikannya dimasa kini dan masa datang (QS 14/7)
Ø
Masa
Sekarang
adalah masa yang riil yang mutlak harus diisi dengan kebaikan kebaikan, jangan
lalai dan jangan tertipu. Lakukan sekarang juga berbagai kebaikan kebaikan dan
hindari sekarang juga kejelekan kejelekan amal.
Ingatlah
firman Allah:”Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu;
maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang
sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” Al-a’raf : 34.
Ø
Masa
Depan
adalah masa yang harus direncanakan agar meraih keberuntungan.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan” (QS Al-Hasyr (59) ayat 18)
Ô PERHATIKAN AKHIR WAKTU
Ashar
adalah waktu akhir siang, sebentar lagi datang malam. Perhatikan waktu asharmu
memiliki hikmah: agar kita selalu
meyakini bahwa hidup kita didunia ini ibarat sudah di penghujungnya, sebentar
lagi kita akan beralih ke alam yang lain melaui pintu gerbang kematian.
Orang
yang merasa hidupnya didunia ini masih lama akan cenderung mensia-siakan
waktunya. Semenatara orang yang merasa bahwa waktunya didunia ini sudah
dipenghujungnya pasti akan awas dan waspada, sehingga detik detik kehidupannya
akan diisi dengan karya terbaik. Ia berharap jika saat ini ajal menjemput
dirinya berada diakhir amal yang baik (husnul Khatimah).
Diriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi juga dari Nafi', dari
Ibnu Umar, ia mengatakan,
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم إِذَا وَدَّعَ رَجُلاً، أَخَذَ
بِيَدِهِ، فَلاَ يَدَعُهَا حَتَّى يَكُوْنَ الرَّجُلُ هُوَ الَّذِيْ يَدَعُ يَدَ
رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم ، وَيَقُوْلُ: أَسْتَوْدِعُ اللهَ دِيْنَكَ
وَأَمَانَتَكَ وَآخِرَ عَمَلِكَ.
"Jika Nabi Shallallahu 'alaihi
wasallam berpamitan kepada seseorang, maka beliau memegang tangannya. Dan
beliau tidak meninggalkannya hingga orang itulah yang melepas tangan Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau mengu-capkan, 'Aku menitipkan pada
Allah agamamu, amanatmu, dan akhir amalmu'."
Ô PERHATIKAN ZAMAN
Ashr
juga bermakna Zaman, Kurun waktu atau Era. Contoh Zaman Penjajahan Belanda,
Zaman Penjajahan Jepang, Orde Baru, Orde lama dan lain lain.
Orang
yang tidak memperhatikan dan membaca Zamannya ia tidak akan mampu menyesuaikan
diri dengan zamannya, padahal setiap zaman itu melahirkan tuntutan karya yang
berbeda sesuai zamannya
Hanya
manusia yang benar benar memperhatikan : “Waktu”, “Akhir Waktu” dan “Zamannya”
yang berpeluang lolos dari kerugian (Khusrin).
[1]
Ibnu Jarir At-Thobari, “Jami’ul Bayaan An Ta’wilil Qur’an”, Qoiro tahun 1422 H
/ 2001 M, Juz 24, hal 612
[2] http://tafsir.cahcepu.com/alashr/al-ashr-1-3/
[3]
Ungkapan serupa sering disandarkan kepada Rasulullah SAW atau kepada Sayyidina
Ali RA, tetapi riwayat keduanya mengandung kelemahan
[4]
Penghisaban adalah penghitungan amal amal yang sudah dikerjakannya dimasa lalu
(dunia)